f

Prinsip-Prinsip Penerimaan Mahasiswa Baru di Perguruan Tinggi


Proses seleksi untuk penerimaan (admission atau admisi) di perguruan tinggi berbeda-beda antar satu negara dengan negara lainnya. Namun tujuan utama seleksi tersebut tetap sama yaitu untuk memprediksi kemampuan pendaftar untuk sukses di perguruan tinggi yang dituju.

Stemler (2012) menjelaskan bahwa proses seleksi masuk ke perguruan tinggi paling tidak ditujukan untuk mengukur 3 (tiga) aspek dari calon mahasiswa, yaitu aptitude, ability, dan achievement.

Mengutip Kaplan & Saccuzzo (2009), aptitude dimaksudkan untuk melihat potensi individu untuk belajar dan menguasai ketrampilan tertentu. Tes seperti SAT (Scholastic Aptitude Test) di Amerika Serikat termasuk jenis ini. Tes ini lebih fokus untuk mengetahui potensi masa depan dari pada pencapaian masa lalu dan kemampuan saat ini.

Selanjutnya, ability mengarah pada melihat apa yang dapat dilakukan oleh seseorang pada saat ini, biasanya berupa ketrampilan yang diukur dari kecepatan, akurasi, atau keduanya (dikutip dari Kaplan & Saccuzzo, 2009).

Sedangkan achievement mengacu pada kompetensi yang diperlihatkan (demonstrated competence) atau pencapaian pada bidang tertentu. Bisa juga dilihat dari tingkat pengakuan (recognition) dan kepercayaan (credential). Nilai pencapaian akademik selama di sekolah menengah, seperti GPA (grade point average), adalah bentuk yang paling sering digunakan untuk mengukur achievement. Hasil tes ACT (American College Testing) juga secara luas dipakai sebagai acuan, ACT adalah tes standar berdasar kurikulum SMA, sering disebut sebagai tes “readiness for college” (kesiapan masuk perguruan tinggi).

----------
Kaplan, R., & Saccuzzo, D. (2012). Psychological testing: Principles, applications, and issues. Belmont, CA, USA: Cengage Learning.
Stemler, S. E. (2012). What should university admissions tests predict?. Educational Psychologist, 47(1), 5-17.

Posting Komentar

0 Komentar