Lebih dari 25 negara kini telah meluncurkan program visa untuk pengembara digital atau digital nomad, ini memungkinkan mereka untuk bekerja secara legal, lebih lama, dan lebih bebas.
Inilah perkembangan terkini di dunia kerja. Jika setelah lulus perguruan tinggi nanti ingin menjadi seorang pekerja berstatus digital nomad, kalian harus jeli memilih jurusan yang sesuai. Yuk baca lanjutan tulisan ini.
Dalam upaya untuk menarik bakat baru ke wilayahnya, pada Maret 2021, Uni Emirat Arab (UEA) meluncurkan izin tinggal satu tahun untuk pekerja jarak jauh. Visa jenis ini memungkinkan profesional asing seperti Julien Tremblay, seorang insinyur perangkat lunak berusia 31 tahun dari Montréal, Kanada untuk tinggal di Dubai sambil terus bekerja untuk perusahaannya di luar negeri. UEA juga memberikan akses para pendatang ini untuk memiliki kartu identitas penduduk serta sebagian besar layanan publik. Tremblay misalnya, dapat menyewa akomodasi secara legal atau bahkan membuka rekening bank, semuanya dibebaskan dari pembayaran pajak pendapatan lokal.
Lebih dari 25 negara dan wilayah kini telah meluncurkan visa pengembara digital, menurut laporan yang baru dirilis Institut Kebijakan Migrasi. Tren yang dipicu oleh pandemi ini dimulai dengan negara-negara Eropa dan Karibia yang bergantung pada pariwisata. Sekarang, ekonomi yang lebih besar seperti UEA, Brasil, dan Italia semuanya meluncurkan inisiatif mereka sendiri.
Untuk negara-negara ini, visa digital nomad adalah cara untuk menarik ide dan bakat baru ke negara mereka serta memanfaatkan pertumbuhan pekerjaan jarak jauh untuk menyuntikkan modal asing ke ekonomi lokal.
Luca Carabetta, anggota parlemen Italia dari partai politik Gerakan Bintang Lima, mengatakan Italia menggabungkan elemen-elemen terbaik dari visa pengembara digital di negara lain dan membuat versinya sendiri, yang akan diluncurkan paling lambat September 2022. Italia berharap dapat menarik 5% dari pasar pekerja nomaden global, yang diperkirakan sekitar 40 juta orang, pada tahun pertama penerapannya nanti. “Seorang nomaden digital dapat memberi kami keterampilan dalam segala hal mulai dari arsitektur hingga teknik, jadi ini adalah cara yang baik untuk membuka negara kami terhadap skill dari luar negeri,” jelas Carabetta.
Prithwiraj Choudhury, yang penelitiannya di Harvard Business School berfokus pada perubahan geografi pekerjaan, mengatakan manfaat yang diperoleh negara-negara seperti Italia sangatlah besar. “Pertama-tama, pekerja jarak jauh menghabiskan dolarnya untuk konsumsi dalam ekonomi lokal,” jelasnya. “Lebih dari itu, mereka juga menjalin hubungan dengan pengusaha lokal.” Choudhury berpendapat bahwa berbagi keterampilan adalah salah satu peluang terbesar bagi negara-negara itu untuk mencoba menarik jenis pekerja yang tepat yang dapat menambah nilai bagi komunitas lokal.
Sumber: BBC
0 Komentar